About my Blog

But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain

jejak tapak yang tampak

Selasa, 20 April 2010

ketika kartono sirik

saya tau, mungkin ini bakal jadi postingan ke-sejuta-sekian tentang hari kartini yang ditulis para blogger Indonesia(atau mungkin bahkan mancanegara, tsaaahhh) pagi-pagi begini. Oke, jam setengah sebelas gini sebenernya udah nggak cocok disebut pagi, tapi berhubung ini masih terlalu 'pagi' buat makan siang, maka terima saja saya sebut ini pagi.

jadi, sekarang ini hari kartini. Jujur ya, selama ini saya ngerasa sih belom bisa menghargai hari ini sebagai hari yang wow ato gimana gitu(selain pake kebaya). NGgak tau kenapa, apa nasionalisme saya mulai luntur apa gimana?
Abisan kalo dipikir-pikir perubahan yang didengung-dengungkan selama ini soal emansipasi juga ga sepenuhnya menyenangkan bagi kaum wanita (tsaaahhh,,,bahasanya)

Tapi serius deh, beberapa sampel saya alami sendiri sebagai perempuan. Beberapa cerita dari teman juga membuktikan bahwa kadang justru term 'emansipasi' ini justru dipake para pria untuk menjadikannya tameng mengesampingkan aspek kemanusiaan. Nggak ngerti? Begini...

cerita kawan (emh, disebut senior mungkin lebih cocok) saya di kantor misalnya.
di suatu busway. Jelas-jelas dia itu ibu HAMIL (take note ya : h-a-m-i-l).Emang nggak 9 bulan sih, mungkin masih sekitar 5 bulan-an.
Itu perutnya udah melendung, masuk dan kondisi tempat duduk buswaynya penuh. cuma ada space buat berdiri. Dan bapak-bapak, mas-mas, akang-akang yang sedang duduk manis seperti kuda nil di kebon binatang itu nggak ada satupun yang merelakan tempat duduknya dan mempersilahkan sang wanita hamil untuk duduk. Beberapa dari mereka memalingkan muka dan bahkan ada yang obviously pura-pura tidur.

Mennnn!!!
gentle banget jadi cowo fiuhh :/

Saya yakin beberapa dari mereka akan bilang hal-hal berbau 'loh kan emansipasi, jadi sama dong kesempatan buat duduknya?' atau 'katanya emansipasiii, giliran nggak enaknya nggak mau.' atau hal hal semacam itu.
Kalo menurut saya sih itu cuma excuse untuk melegalkan urusan persamaan wanita dan pria dalam hal kekuatan fisik. Ya nggak bisa dong! Helloooo belajar anatomi ga sih bapak-bapak sekalian?

well, oke, tarohlah emang si pria-pria itu beneran nggak pernah belajar anatomi (which is agak nggak mungkin ya kalo emang tuh orang sempet lulus SMA. apakabar pelajaran biologi?), seenggaknya dia punya ibu. Nggak mungkin dong nggak punya ibu. Liat dong, bisa disejajarkankah kekuatan laki-laki dengan wanita? Emang kalo perempuan itu SANGGUP manggul beras, MESTI manggul beras? lah nggak kan...


Itu cuma satu dari sekian contoh lain yang mungkin pernah dialami perempuan-perempuan di luar sana. Kartini ya kartiniiii, emansipasi ya emansipasi. implementasinya mah nggak melulu enak.

0 komentar: