Mati itu ada berapa macam?
Satu? Dua? Tiga?
Seribu?
Sejuta?
Tak hingga?
Mati itu sebenarnya akhir dari hidupkah? Atau justru awal dari hidup? Atau keduanya?
Mati-Hidup-Mati
Hmmm…
Tergantung kita melihat titik permulaannya. Kalau mau dirunut, mati dan hidup itu siklik. Tak terpisah, tak terbelah.
Sesuatu yg hidup mungkin awalnya mati.
Sesuatu yg mati mungkin awalnya pernah hidup.
Soal kamu?
Kurasa awalnya kamu mati.
Awalnya tidak ada yang hidup dari kamu. Sampai entah kenapa, kapan dan bagaimana kamu melakukannya, kamu jadi hidup. Kamu yang di mataku dulu mati, bisa tiba-tiba hidup.
Dan jujur saja, aku senang dengan ke-hidup-an mu.
Ada rasa yang berbeda.
Animo yang berlompatan dan gelisah belingsatan yang—ternyata—menyenangkan
Sayang,
Tapi coba kamu lihat siklus itu : MATI-HIDUP-MATI.
Mau tak mau setelah kamu sempat hidup, artinya kamu mendekati fase yang satu lagi, Satu kali lagi : MATI.
Itu akan terjadi.
Mungkin cepat, mungkin lambat.
Tapi pasti.
Karena tak ada lagi animo berlompatan.
Sudah hilang gelisah belingsatan.
Auramu memudar.
Desir itu menyingkir.
Aku butuh goncangan.
Aku butuh getaran.
Pepatah bilang : ‘air beriak tanda tak dalam’
Apa berarti ketiadaan riak itu melukiskan kedalaman yang sangat dalam
Yang sanggup menenggelamkan?
Sepertinya iya.
Pun terjadi padamu.
Kamu membawa ini terlalu dalam, sampai tak ada sedikitpun riak bergolak.
Kamu pikir, kenapa orang lebih suka lautan?
Karena di sana ada ombak.
Ombak itu menggulung, berontak, berbahaya tapi sekaligus menyenangkan, menghibur, dan melenakan.
Kamu tau, kata orang diam itu memang menghanyutkan.
Tapi sayang, aku tak mau hanyut begitu saja.
Aku butuh menggeliat, bergerak, jika perlu menerjang ombak.
Hmmm…
Kamu tau?
Kurasa yang akan mati bukan kamu.
Aku rasa aku yang akan mati sebentar lagi.
Dan rasanya aku tau mati macam apa ini.
Rasa-rasanya aku mati rasa.
0 komentar:
Posting Komentar