jejak tapak yang tampak
Rabu, 21 April 2010
when it comes to and end, we start a new beginning
huaaaa...dapet email berisi attachment foto waktu beberapa sahabat saya wisuda kemaren. Ya nggak kemaren banget sih, tapi bulan April tanggal 10. Kemarin itu kami sempet foto-foto di salah satu studio foto di bandung. Bukan jonas, sodara-sodara, tapi papyrus.
Bagus kok hasilnya...dulu juga kita (tapi cewe2 doang) pernah foto di sini juga, dan hasilnya nggak kalah bagus dari jonas (harganya juga mirip2). Yang jelas di sini lebih enaknya karena nggak terlalu ngantri. Tau sendiri kalo musim wisuda jonas penuhnya kayak apa. Kayak pasar ikan. But to be honest, waktu saya wisuda milih foto keluarga di jonas sih. heheheheu..
So, back to the topic,
di foto ini adalah sahabat-sahabat saya semasa kuliah (kok berasa udah tua ya nulis kalimat ini, tapi emang udah lulus sih, bener berarti udah tua ya? oh damn!i'm 21 years old going to 22. ngekngok, geus kolots!). Saya dan 3 sahabat lain (zikri, aeju, sama Lia) dalam foto ini udah lulus bulan Oktober 2009 lalu. Yang lulus april
fuady, ines, rafi, au, wawa, uti. sisanya, yang mudah2an bisa nyusul juli depan tuh malen, olyn sama yuda.
Hmmm...saya, zikri sama lia udah terjun bebas dari dunia kampus ke dunia kerja. Saya dan Lia di Jakarta, Zikri di Makasar. Sementara aeju sebentar lagi (mei) bakal terbang ke China buat semacem internship di LSM gitu di sana. Si rafi yang baru lulus tanggal 10, udah berangkat ke ukraina tanggal 13 nya buat program yang sama sama aeju.
Waktu dateng wisudaan itu, kok rasanya udah beda ya? dalam arti, saya ngerasa ada yang lain dari sikap-sikap kami selama ini. Nggak seliar dulu. Ini apa sayanya yang berubah apa memang semua orang udah berlaku agak dewasa?
nggak ngerti.
Saya nggak pernah lupa bahwa dulu kami sering nginep bareng di rumah rafi, niatnya belajar walaupun berakhir dengan main UNO, waktu kami ke batu karas, dengan cuma modal duit beberapa ratus rebu perak dan nyetir gantian bagaikan sopir truk karena berangkat jam 12 malam, waktu kami semua pernah dapet kortingan nilai mata kuliah umum gara-gara diduga nyontek rame-rame. Padahal sumpah, nggak nyontek (tapi nyoba sih iya, hahahhaa)
Dan sekian banyak yang nggak perlu saya tulis satu-satu karena bisa bikin jari saya kriting.
Beberapa hari lalu, tiba-tiba fuady menghubungi saya. Katanya keingetan saya tiba-tiba. Kita ngebahas kerjaan saya, terus ngebahas juga proses jobseeking si fuady (yang kalau lancar mungkin bakal caw ke Lampung). Dan di akhir pembicaraan itu, kami menyimpulkan bahwa kami ini sudah benar-benar berpencar, berpisah, sayonara. Kami amin-amini semua doa supaya sukses semua and the bla bla bla. Jadi kangen-kangenan. Dan eamng aslinya kangen banget banget.
GUE JUGA KANGEN LO SEMUAAAA, NGKOOONG!!!!
Yah, gimanapun, setiap orang punya porsi masing-masing dalam hidup kita. Saya mungkin hanya pernah mengisi sekian scene dari adegan-adegan hidup sahabat saya. Begitu pula sebaliknya. Pada akhirnya semua orang harus berjalan dan nggak mungkin jalan di tempat kalo mau berkembang.
Yang bisa kita lakukan mungkin hanya tetap memupuk kasih sayang sebagai sahabat yang baik, meskipun hidup tak lagi seindah dulu (tsaahhhh). Bener sih tapi,,,huksss...
I'm officially missing you, guys!
Selasa, 20 April 2010
ketika kartono sirik
saya tau, mungkin ini bakal jadi postingan ke-sejuta-sekian tentang hari kartini yang ditulis para blogger Indonesia(atau mungkin bahkan mancanegara, tsaaahhh) pagi-pagi begini. Oke, jam setengah sebelas gini sebenernya udah nggak cocok disebut pagi, tapi berhubung ini masih terlalu 'pagi' buat makan siang, maka terima saja saya sebut ini pagi.
jadi, sekarang ini hari kartini. Jujur ya, selama ini saya ngerasa sih belom bisa menghargai hari ini sebagai hari yang wow ato gimana gitu(selain pake kebaya). NGgak tau kenapa, apa nasionalisme saya mulai luntur apa gimana?
Abisan kalo dipikir-pikir perubahan yang didengung-dengungkan selama ini soal emansipasi juga ga sepenuhnya menyenangkan bagi kaum wanita (tsaaahhh,,,bahasanya)
Tapi serius deh, beberapa sampel saya alami sendiri sebagai perempuan. Beberapa cerita dari teman juga membuktikan bahwa kadang justru term 'emansipasi' ini justru dipake para pria untuk menjadikannya tameng mengesampingkan aspek kemanusiaan. Nggak ngerti? Begini...
cerita kawan (emh, disebut senior mungkin lebih cocok) saya di kantor misalnya.
di suatu busway. Jelas-jelas dia itu ibu HAMIL (take note ya : h-a-m-i-l).Emang nggak 9 bulan sih, mungkin masih sekitar 5 bulan-an.
Itu perutnya udah melendung, masuk dan kondisi tempat duduk buswaynya penuh. cuma ada space buat berdiri. Dan bapak-bapak, mas-mas, akang-akang yang sedang duduk manis seperti kuda nil di kebon binatang itu nggak ada satupun yang merelakan tempat duduknya dan mempersilahkan sang wanita hamil untuk duduk. Beberapa dari mereka memalingkan muka dan bahkan ada yang obviously pura-pura tidur.
Mennnn!!!
gentle banget jadi cowo fiuhh :/
Saya yakin beberapa dari mereka akan bilang hal-hal berbau 'loh kan emansipasi, jadi sama dong kesempatan buat duduknya?' atau 'katanya emansipasiii, giliran nggak enaknya nggak mau.' atau hal hal semacam itu.
Kalo menurut saya sih itu cuma excuse untuk melegalkan urusan persamaan wanita dan pria dalam hal kekuatan fisik. Ya nggak bisa dong! Helloooo belajar anatomi ga sih bapak-bapak sekalian?
well, oke, tarohlah emang si pria-pria itu beneran nggak pernah belajar anatomi (which is agak nggak mungkin ya kalo emang tuh orang sempet lulus SMA. apakabar pelajaran biologi?), seenggaknya dia punya ibu. Nggak mungkin dong nggak punya ibu. Liat dong, bisa disejajarkankah kekuatan laki-laki dengan wanita? Emang kalo perempuan itu SANGGUP manggul beras, MESTI manggul beras? lah nggak kan...
Itu cuma satu dari sekian contoh lain yang mungkin pernah dialami perempuan-perempuan di luar sana. Kartini ya kartiniiii, emansipasi ya emansipasi. implementasinya mah nggak melulu enak.
jadi, sekarang ini hari kartini. Jujur ya, selama ini saya ngerasa sih belom bisa menghargai hari ini sebagai hari yang wow ato gimana gitu(selain pake kebaya). NGgak tau kenapa, apa nasionalisme saya mulai luntur apa gimana?
Abisan kalo dipikir-pikir perubahan yang didengung-dengungkan selama ini soal emansipasi juga ga sepenuhnya menyenangkan bagi kaum wanita (tsaaahhh,,,bahasanya)
Tapi serius deh, beberapa sampel saya alami sendiri sebagai perempuan. Beberapa cerita dari teman juga membuktikan bahwa kadang justru term 'emansipasi' ini justru dipake para pria untuk menjadikannya tameng mengesampingkan aspek kemanusiaan. Nggak ngerti? Begini...
cerita kawan (emh, disebut senior mungkin lebih cocok) saya di kantor misalnya.
di suatu busway. Jelas-jelas dia itu ibu HAMIL (take note ya : h-a-m-i-l).Emang nggak 9 bulan sih, mungkin masih sekitar 5 bulan-an.
Itu perutnya udah melendung, masuk dan kondisi tempat duduk buswaynya penuh. cuma ada space buat berdiri. Dan bapak-bapak, mas-mas, akang-akang yang sedang duduk manis seperti kuda nil di kebon binatang itu nggak ada satupun yang merelakan tempat duduknya dan mempersilahkan sang wanita hamil untuk duduk. Beberapa dari mereka memalingkan muka dan bahkan ada yang obviously pura-pura tidur.
Mennnn!!!
gentle banget jadi cowo fiuhh :/
Saya yakin beberapa dari mereka akan bilang hal-hal berbau 'loh kan emansipasi, jadi sama dong kesempatan buat duduknya?' atau 'katanya emansipasiii, giliran nggak enaknya nggak mau.' atau hal hal semacam itu.
Kalo menurut saya sih itu cuma excuse untuk melegalkan urusan persamaan wanita dan pria dalam hal kekuatan fisik. Ya nggak bisa dong! Helloooo belajar anatomi ga sih bapak-bapak sekalian?
well, oke, tarohlah emang si pria-pria itu beneran nggak pernah belajar anatomi (which is agak nggak mungkin ya kalo emang tuh orang sempet lulus SMA. apakabar pelajaran biologi?), seenggaknya dia punya ibu. Nggak mungkin dong nggak punya ibu. Liat dong, bisa disejajarkankah kekuatan laki-laki dengan wanita? Emang kalo perempuan itu SANGGUP manggul beras, MESTI manggul beras? lah nggak kan...
Itu cuma satu dari sekian contoh lain yang mungkin pernah dialami perempuan-perempuan di luar sana. Kartini ya kartiniiii, emansipasi ya emansipasi. implementasinya mah nggak melulu enak.
Langganan:
Postingan (Atom)